Menghormati
privasi orang lain. Menghormati hasil karya orang lain. Menghormati keputusan
orang lain.
Bukankah
di buku pelajaran SD sudah tertuang dan tertera dengan jelas. Tenggang rasa,
lapang dada, saling menghormati, menjaga kerukunan antara sesama, berbohong itu
buruk, mencuri itu perbuatan hina, memperolok orang lain itu dosa, berprasangka
buruk itu tidak baik, memfitnah orang lain merupakan suatu kejahatan, dll.
Bahkan sampai SMA kan masih diulangi dan dipelajari ulang. Hufp! Semakin besar
semakin banyak yang dilanggar. Semakin besar semakin susah membedakan baik dan
buruk. Semakin susah menilai kebaikan dan keburukan.
Sindir
menyindir, memasuki dengan lancang kebanggaan orang lain, memperolok orang
lain. Hina sekali orang yang seperti itu! Yang seperti itu sudah termasuk
bermoral rendah kan? Tidak berakhlak! Dan dengan bodohnya, ada juga orang yang
bangga bisa berbuat seperti itu. Seakan diri mereka akan terlihat lebih keren,
lebih tinggi derajatnya di mata orang lain. Apa tidak malu membanggakan suatu
kejahatan?? Itu tidak membuat siapapun terlihat lebih tinggi, Guys! Kebaikan
yang murni, suci dan tuluslah yang akan membuatmu jadi lebih ‘istimewa’ dari
orang lain, bukannya perbuatan aneh dan menjijikkan seperti itu. Seperti anak
kecil saja doyan mempermainkan orang lain! Seperti tidak pernah mempelajari
Budi Pekerti dan ilmu bermasyarakat (baca: PPKN) saja, tetap santai berbuat
keji seperti itu.
Ternyata
kedewasaan tidak bisa diukur dari umur seseorang. Orang dewasa akan berlaku
lebih bijak, bukan berbuat karena ingin terlihat bijak. Itu beda. Bijaksana
murni dan kebijaksanaan palsu yang pamrih itu menghasilkan sesuatu yang
berbeda. Seseorang yang bijaksana akan mementingkan kebaikan bersama daripada
penilaian diri yang lebih baik dari orang lain. Orang bijaksana akan berusaha
melakukan yang terbaik dari apa yang bisa ia kerjakan sesuai dengan jalur
kebenaran dan protap (prosedur tetap) yang ada, bukannya malah berbuat
sekenanya dan mengandalkan orang lain.
Kepuasan
apa sih yang sebenarnya ingin dicari? Kelebihan apa yang ingin dinikmati? Di
mata Tuhan, perbuatan buruk tetap perbuatan buruk. Bukankah begitu? Mau memang modenya
begitu, mau emang lagi ngetrend, apalagi orang yang diperlakukan
semena-mena adalah orang yang sama sekali tidak pernah mempermainkan dirinya
sebelumnya. Sungguh menjijikkan!
Saya
bukan orang suci yang benar-benar berpatokan pada kitab suci dalam semua
kelakuan, perkataan dan pikiran yang setiap detiknya saya jalani. Saya masih
punya banyak dosa dan antara sengaja dan tidak, tetap melakukan kesalahan yang
bodoh yang sebenarnya saya sendiri juga tahu bahwa itu tidak patut untuk
dilakukan. Saya juga sedang berusaha memperbaiki diri. Dan alangkah baiknya
jika semua orang menyadari kembali hakikat kebaikan yang diajarkan sejak kecil,
yang sejak dahulu kala sudah ada. Bukankah bumi sedang melakukan pemurniannya??
Apa tidak takut anda juga menjadi salah satu target pemurnian bumi???
Sekali
lagi saya bukan orang suci yang paling bersih dan bebas dosa. Sayapun tidak tau
apakah saya termasuk dalam daftar manusia target pemurnian atau tidak. Tapi
setidaknya saya ingin kita saling mengingatkan. Dasar kehancuran negeri adalah
tatanan mental penerusnya yang amburadul dan acak adut.
Kita
lahir untuk apa? Kita lahir di tanah Indonesia ya untuk Indonesia. Berjuang
bersama untuk Indonesia. Bukannya malah saling menjatuhkan.
*mulai
ngawur*
Tapi
coba diresapi. Apakah anda orang baik ataukah jahat? Apakah anda mengetahui
baik dan jahat itu yang bagaimana? Apakah anda ingat pelajaran-pelajaran moral,
etika dan sopan santun yang dulu pernah diajarkan? Atau memang anda tidak
pernah mempelajarinya? Atau anda tahu, pernah mempelajari, tapi menolak untuk
mengaplikasikan dalam kehidupan anda karena anda anggap hal seperti itu hanya
akan merugikan anda?
Oh!
Cobalah tanya sekali lagi pada diri anda. Anda mencari kebaikan dan menimbun
pahala itu sebenarnya untuk dilihat oleh Siapa? Kalo saya mah ingin Tuhan yang
melihat. Karena diujung penghidupan nanti, Tuhan yang akan memberikan nilai
pada lembar perjalanan hidup saya. Bukan orang lain, bukan karena kekayaan saya
^_^
Resapi
dan pelajari ulanglah hakikat kebaikan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Aku tahu kamu memahami apa yang kamu ingin sampaikan dengan kata-kata. Aku tahu kamu orang baik dan tidak akan bersikap konyol dan kekanakan dengan berkomentar yang tidak sepantasnya. Aku percaya padamu, komentator.