Sabtu, 22 Januari 2011

Ini nih kalau gaya tante-tante lagi kumat..


Menghormati privasi orang lain. Menghormati hasil karya orang lain. Menghormati keputusan orang lain.


Bukankah di buku pelajaran SD sudah tertuang dan tertera dengan jelas. Tenggang rasa, lapang dada, saling menghormati, menjaga kerukunan antara sesama, berbohong itu buruk, mencuri itu perbuatan hina, memperolok orang lain itu dosa, berprasangka buruk itu tidak baik, memfitnah orang lain merupakan suatu kejahatan, dll. Bahkan sampai SMA kan masih diulangi dan dipelajari ulang. Hufp! Semakin besar semakin banyak yang dilanggar. Semakin besar semakin susah membedakan baik dan buruk. Semakin susah menilai kebaikan dan keburukan.

Sindir menyindir, memasuki dengan lancang kebanggaan orang lain, memperolok orang lain. Hina sekali orang yang seperti itu! Yang seperti itu sudah termasuk bermoral rendah kan? Tidak berakhlak! Dan dengan bodohnya, ada juga orang yang bangga bisa berbuat seperti itu. Seakan diri mereka akan terlihat lebih keren, lebih tinggi derajatnya di mata orang lain. Apa tidak malu membanggakan suatu kejahatan?? Itu tidak membuat siapapun terlihat lebih tinggi, Guys! Kebaikan yang murni, suci dan tuluslah yang akan membuatmu jadi lebih ‘istimewa’ dari orang lain, bukannya perbuatan aneh dan menjijikkan seperti itu. Seperti anak kecil saja doyan mempermainkan orang lain! Seperti tidak pernah mempelajari Budi Pekerti dan ilmu bermasyarakat (baca: PPKN) saja, tetap santai berbuat keji seperti itu.

Ternyata kedewasaan tidak bisa diukur dari umur seseorang. Orang dewasa akan berlaku lebih bijak, bukan berbuat karena ingin terlihat bijak. Itu beda. Bijaksana murni dan kebijaksanaan palsu yang pamrih itu menghasilkan sesuatu yang berbeda. Seseorang yang bijaksana akan mementingkan kebaikan bersama daripada penilaian diri yang lebih baik dari orang lain. Orang bijaksana akan berusaha melakukan yang terbaik dari apa yang bisa ia kerjakan sesuai dengan jalur kebenaran dan protap (prosedur tetap) yang ada, bukannya malah berbuat sekenanya dan mengandalkan orang lain.

Kepuasan apa sih yang sebenarnya ingin dicari? Kelebihan apa yang ingin dinikmati? Di mata Tuhan, perbuatan buruk tetap perbuatan buruk. Bukankah begitu? Mau memang modenya begitu, mau emang lagi ngetrend, apalagi orang yang diperlakukan semena-mena adalah orang yang sama sekali tidak pernah mempermainkan dirinya sebelumnya. Sungguh menjijikkan!

Saya bukan orang suci yang benar-benar berpatokan pada kitab suci dalam semua kelakuan, perkataan dan pikiran yang setiap detiknya saya jalani. Saya masih punya banyak dosa dan antara sengaja dan tidak, tetap melakukan kesalahan yang bodoh yang sebenarnya saya sendiri juga tahu bahwa itu tidak patut untuk dilakukan. Saya juga sedang berusaha memperbaiki diri. Dan alangkah baiknya jika semua orang menyadari kembali hakikat kebaikan yang diajarkan sejak kecil, yang sejak dahulu kala sudah ada. Bukankah bumi sedang melakukan pemurniannya?? Apa tidak takut anda juga menjadi salah satu target pemurnian bumi???

Sekali lagi saya bukan orang suci yang paling bersih dan bebas dosa. Sayapun tidak tau apakah saya termasuk dalam daftar manusia target pemurnian atau tidak. Tapi setidaknya saya ingin kita saling mengingatkan. Dasar kehancuran negeri adalah tatanan mental penerusnya yang amburadul dan acak adut.

Kita lahir untuk apa? Kita lahir di tanah Indonesia ya untuk Indonesia. Berjuang bersama untuk Indonesia. Bukannya malah saling menjatuhkan.
*mulai ngawur*

Tapi coba diresapi. Apakah anda orang baik ataukah jahat? Apakah anda mengetahui baik dan jahat itu yang bagaimana? Apakah anda ingat pelajaran-pelajaran moral, etika dan sopan santun yang dulu pernah diajarkan? Atau memang anda tidak pernah mempelajarinya? Atau anda tahu, pernah mempelajari, tapi menolak untuk mengaplikasikan dalam kehidupan anda karena anda anggap hal seperti itu hanya akan merugikan anda?

Oh! Cobalah tanya sekali lagi pada diri anda. Anda mencari kebaikan dan menimbun pahala itu sebenarnya untuk dilihat oleh Siapa? Kalo saya mah ingin Tuhan yang melihat. Karena diujung penghidupan nanti, Tuhan yang akan memberikan nilai pada lembar perjalanan hidup saya. Bukan orang lain, bukan karena kekayaan saya

^_^
Resapi dan pelajari ulanglah hakikat kebaikan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tahu kamu memahami apa yang kamu ingin sampaikan dengan kata-kata. Aku tahu kamu orang baik dan tidak akan bersikap konyol dan kekanakan dengan berkomentar yang tidak sepantasnya. Aku percaya padamu, komentator.