Minggu, 27 November 2011

Cerita Naya tentang Tunangannya part 1

Dia gak bisa kayak gini ke aku! Cowok belagu, sompret, manja, sinting, psiko, galak, sok berkuasa dan aneh kayak dia tuh mustinya kagak pernah muncul di kehidupanku yang selama dua puluh satu tahun ini berlangsung adem dan nyaman. Sial!


"Masuk!" bentaknya. Apa salahku sih? Kenapa dia musti bertingkah ala majikanku kayak gini? "Tunggu apa lagi? MASUK!" bentaknya lebih tegas lagi. Oke, daripada aku digendong kayak kemaren hari lagi sama dia, mending aku manut aja deh sama kediktatorannya yang diluar kata legal ini.

"Kamu tuh kenapa sih Dre? Sukaaak banget bikin aku pengen nyekek lehermu?" dia menoleh sekilas dan tersenyum. Huh! Aduh! Aku cuma bisa ngeluarin nafas panjang aja kalau dia udah senyum kayak gitu. Bagaimana pun juga aku memang masuk ke dalam salah satu daftar cewek yang jadi pengagumnya di kampus. Tapi gayanya ini gak banget dah! Bikin emosi meletup-letup.

"Aku laper, mau makan."

"So? Kenapa kamu laper malah maksa aku masuk mobilmu begini? Mustinya yang kamu lakukan adalah  pergi ke restoran atau apa gitu kek buat makan? Atau jangan-jangan aku ini santapannya ya?" cerocosku semangat diakhiri dengan bergidig ngeri "Jangan bilang kalau kamu kanibal."

"Bawel! Bukan makan kamu tapi makan ditemenin kamu!"

***

Tandre Danupraja. Tandre Danupraja. Tandre Danupraja. Tadi siang aku diseret sama dia ke restoran mewah di tengah kota sana. Tandre. Tandre. Cowok super duper tajir ini entah kenapa suka bermanja-manjaan sama aku. Aku benci dia bersikap kayak gitu. Hey Boy, I'm not your babysitter! Dia makan dan aku bengong ngeliatin dia makan. Dia makan dalam hening. 

Tandre itu tajir abiez dan keren sangat. Setidaknya itu bagiku. Memang boleh dikata dia mendayagunakan kekayaan orang tuanya semaksimal mungkin untuk bergaya hidup mewah dan glamour. Hidup konsumtif dan jor-joran kekayaan. Dia bawa mobil sport keluaran terbaru, berlusin pakaian sekolah yang super bersih tak berlecet (itu yang gue liat di dalem wardrobe dia), tatanan rambut yang only dia yang bisa nyewa penata rambut itu, wajah mulus perawatan salon termahal dan...aku heran, dia jauh lebih peduli penampilan daripada aku sendiri. Tapi, semua hal tentangnya itu malah buat diriku tersedot kedalam pesonanya dan jatuh menjadi pengagummya. Walaupun sampai sekarang aku juga tetep gak tahu bagian apa dari dirinya yang kukagumi.  

Kebanyakan fans dia suka sama ketajiran dia. Tapi di akunya, itu sama sekali bukan bagian yang bisa bikin kagum.

Aku sama dia jelas berbeda banget. Aku memang sengaja membiarkan orang lain tidak mengetahui tingkat kemakmuran keluargaku yang sesungguhnya. Yang jelas aku bukan orang yang hidup biasa-biasa aja. Aku sebagai orang yang bisa menempatkan diri di posisi Tandre, tahu betul kenapa anak itu bersikap kayak gitu karena...aku juga dulu gitu.

'uda tidur?' sebuah pesan singkat dari Tandre -tentu saja- membuat handphoneku berdering nyaring.
'knp?'
'ditanya malah balik nanyak. uda tidur?'

Ck! Orang ini! 'ini aku bls sms mu apa artiny coba? mangnya aku bls smbl merem?'
'sapa tahu saking ngefansnya, km otomatis bs bls sms smbl merem.'
'narsis, gaje,sinting!ada apa?'

Handphoneku berdering lagi tapi bukan dering pendek.
"Hal penting apa yang bikin kamu sampe nelpon nyaris tengah malam begini?" ceroscosku sengit sebelum orang di seberang sana sempat berbasa-basi. Biasa sekali orang ini!
"Aku cuma kangen aja Nay sama kamu."
#jleb! Hatiku mecelos. Kenapa nada suaranya galau begini? Seketika aku jadi cemas sendiri. Tanganku meremas ujung bantal yang tersampir di samping tempatku duduk. 
"Ada apa? Kamu mau aku kesana sekarang?" tanyaku dengan nada serius.
"Gak. Ini udah malem Nay."
"Aku bisa minta pak Mamat nganterin aku."
"Gak."
"Kamu takut aku ganggu tidur ortuku buat minta izin?" aku menghela nafas panjang "Mereka belum tidur. Tunggu disana!"

Yang benar saja!
"Panas begini! Ke rumah sakit yuk!" dia menggeleng "Minum obat dulu yuk?" dia menggeleng lagi. Lama-lama bener tak tempeleng nih! Nguji kesabaran banget!
"Pulang aja gih? Kamu malah bikin ribet urusan. Cuma demam gini aja. Tidur sebentar juga sembuh." katanya sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Menyuruhku pergi.
"Yak! Orang ini!" aku berhenti bicara dan langsung menempelkan kompres es ke dahinya. Setiap tangannya ingin menampik tanganku, dengan lebih sigap aku mendorong tangannya. "Kalau bandel kuparang lehermu!"
"Nenek sihir!"
"Diam dan buka mulutmu!" dia menggeleng "Buka atau ku kitikin nih?" ancamku lagi dan berhasil. Dia membuka mulutnya dan meminum obat yang kusodorkan. "Kenapa harus hidup seperti ini sih? Kamu tahu benar orang tuamu masih snagat memperhatikanmu!"
"Ya, sampai-sampai mereka menjodohkanku denganmu."
"Bukan itu!"
"Aku tahu Naya. Tapi aku terbiasa hidup seperti ini.
Aku cuma bisa menghela nafas panjang.
"Sudah, tidur saja sana!"
"Jangan pulang dulu." katanya sambil mengenggam erat tanganku. Aku mengangguk dan memberikan senyumanku yang paling tulus. 

Kita sama Dre. Sama-sama mencari perhatian dengan cara seperti ini. Cuma aku baru berangan-angan saja bertingkah sepertimu, belum sempat terrealisasikan. Keduluan sama kecelakaan naas yang merenggut nyawa kedua orang tuaku. AKu terpukul sekali dan mengingat aku masih punya banyak adik yang harus aku jaga, so...aku putuskan untuk melanjutkan hidupku yang mandiri dan kesepian. Bercita-cita agar jangan sampai adik-adikku merasakan rasa kesepian yang sama denganku. Dan Tuhan menambahkanku satu tanggungan lagi yaitu kau. Kenapa bisa aku dapat calon suami yang seperti dirimu? Malah aku yang merawatmu Dre Dre Dre..


bersambung....

nb: akh! cerita gaje apah ini? okeh kalau sempat bakal nyambung lagi. kalau gak yowiss paling terlantar XD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tahu kamu memahami apa yang kamu ingin sampaikan dengan kata-kata. Aku tahu kamu orang baik dan tidak akan bersikap konyol dan kekanakan dengan berkomentar yang tidak sepantasnya. Aku percaya padamu, komentator.