Senin, 14 November 2011

Menjadi seseorang yang dipanggil....Bunda??

Jaman waktu masih kecil dulu yang terngiang setelah kata MBA  adalah LOSTAMASTA. Ya gak? Ada yang berpikiran sama gak sama aku?

>O<


Tapi MBA yang ini nih bukan MBA basket ituh. 
MBA yang kumaksud disini tuh insiden nikah karena kecelakaan, yehaaa! 
Married by Accident!


Sebelumnya mari kita bersenandung Lagu ini dulu..


Checkk disss ot!!!






Bunda (Potret)


ku buka album biru
penuh debu dan usang
ku pandangi semua gambar diri
kecil bersih belum ternoda

pikirkupun melayang
dahulu penuh kasih
teringat semua cerita orang
tentang riwayatku

reff#
kata mereka diriku slalu dimanja
kata mereka diriku slalu dtimang

nada nada yang indah
slalu terurai darinya
tangisan nakal dari bibirku
takkan jadi deritanya

tangan halus dan suci
tlah mengangkat diri ini
jiwa raga dan seluruh hidup
rela dia berikan

oh bunda ada dan tiada
dirimu kan slalu ada di dalam
hatiku


Diluar apapun cara yang mereka tempuh dalam membuat anak, maksudku yah yang nikah dulu baru hamil ataupun hamil dulu baru nikah, apapun ceritanya yang pasti setelah anaknya lahir yang terjadi adalah status mereka berubah menjadi seorang ibu. Bunda. Akan ada yang memanggil mereka sebagai seorang ibu dan bagiku itu suatu anugerah. ^^

Hari ini,  aku hitung sudah sejak aku baru masuk kuliah dulu ada empat orang temenku yang bawa Baby diperutnya selama kuliah. Cewek semua. *yaiyalah!*
Rata-sara semua punya Baby dulu baru upacara nikahannya. Cepat, mendadak.

Kenapa ini yang aku bahas? Begini...

Setiap orang dalam suatu komunitas, halah! Ribet bicara komunitas. Seenggaknya dalam suatu kelas ada pastilahlah blok-blok kumpulan orang-orang yang emang sering bareng gituh. Singkatnya disebut Gank! Ya kan? Nyaris semua lapisan kelas baik itu SD, SMP, SMA bahkan sampai bangku kuliah, bahkan kuadratnya lagi anak-anak TK juga udah biasa denger kata gank dan mereka punya gank.

di kampusku juga gitu. Aku punya beberapa orang teman yang nyaris sepanjang hariku di kampus aku selalu bareng mereka. Ke WC juga bareng. Aku masuk WC, dia nongkrong di depannya. Dan salah satu dari temenku yang itu tuh dengan sangat mengejutkannya ternyata bakal punya Baby! Yeay! Di dalam rahimnya sana, ada sesosok tubuh mungil yang akan lahir nanti dan menyebutnya dengan sebutan Ibu. Bagiku ini sangat menakjubkan!

Jujur saja, di dalam hati ini aku syok. Aku dengan kolotnya tidak menyangka temanku akan menempuh jalan hidup yang seperti ini. 
Yang seperti ini bagaimana?
Yang aku sebut Trend Jalan Hidup Masa Kini (dulu ada tambahan Melanggar Batas Aturan Kuno yang Berlaku). Entah kenapa tadi aku sejenak merasa kehilangan. Sumfah aku gak nyangka dia bakal begini jadinya. 
Apa ini sesuatu yang memalukan? 
Ya gak lah. Di sisi mana malunya cobak? Malah aku jadi merasa terharu pas temenku itu cerita tentang babynya. Cuma ya, hati kecilku menolak yang beginian. Hati kecilku itu hidup di jaman 1800an, dia masih sangat kolot. Tapi karena dia teman baikku dan aku tahu betul dia pasti bisa mempertanggungjawabkan hidupnya sendiri, jadi yah, aku malah ikutan seneng! =)

"Kalian kira ini isi apa?" kami yang lagi asyik guyon langsung hening mendengar tanyanya itu.

"Aku gak tahu kalau ternyata isi. Ini udah tiga bulan. Waktu awal-awal cuma kerasa sakit perut mens itu loh (search: dismenore). Aku sama dia cek ke dokter dari situ disuru USG pas itu aku liat udah ada ternyata."
"Udah bentuk bayi gitu?" tanyaku.
"Iya udah bentuk gitu. Aku seneng liatnya, aku ketawa-ketawa. Cowokku juga. Gak ada rasa apa, cuma seneng." Kalimatnya ini sumfah bikin air mataku nyaris mencuat keluar kayak air matanya Nobita. Haru banget rasanya. Temenku yang selalu kuajak bersama sekarang udah duluan menginjakkan kaki ke jenjang itu. Dalam hitungan bulan dia akan memiliki seorang peri yang akan memanggilnya dengan sebutan Bunda. 

Ini nyesek banget buatku. Nyesek.

Sebagai temen aku merasa gagal. Kenapa? Entah deh, melankolisme ini mengganggu sekali. Masak aku merasa bersalah karena aku tidak rungu dia hamil dan gak tahu dia hamil sih? Udah tiga bulan dan aku gak tahu. Kenapa aku merasa jahat?

Tapi dipikir normalnya. Memangnya aku peramal apa tahu dia hamil walaupun dia gak bilang? Maklumlah aku gak tahu dia hamil kalau dianya juga gak bilang. Tapi melankolisme ini benar-benar menyudutkanku. hahaha Ini pertarungan antara Pikiran melankolisku dan Pikiran Sehatku. 

Oh ya, dia juga ceritanya tadi sambil berkaca-kaca gitu.

Ternyata jika ada teman dekatku menyampaikan kabar bahagia seperti ini yang kurasa adalah terharu, senang dan sedih. :) abaikan kata sedih karena semua berasal dari rasa melankolisme sialan yang ngaco diatas tadi itu.

"Ibaratnya buat skripsi ya! Dia udah hampir ujian, sedangkan kita baru BAB 1."

"BAB 1 apa! Judul ada belum nemu!"

*nyesek*

temenku udah hamilan dan bentar lagi nikahan sedangkan aku...aku...calon pacar aja kagak ada Sob! Jelaslah ini namanya Judul Skripsi aja belum nemu. 
*nangis sambil natapin asap dupa*

Ahh, sudah lupakan keluhan sesaat ini. I'm jomblo and very happy kok sebenarnya. =D

Gilaknya, hari ini semua pembicaraan yang ku kuping berkisar seputaran kehidupan ke jenjang yang lebih serius.

Ada dua orang kawan sekelas yang berbincang tentang mertua mereka tadi. Dua laginya bicara tentang cara menggaet hati calon mertua. Dan aku menyibukkan diri dengan menggaet-gaet benang yang terjuntai indah di bajuku. Aku kapan ya ngebahas yang beginian? 
*menengadahkan leher ke langit*
*eh yang keliatan cuma plafon kelas*

Aku sebenarnya punya sebuah cerita tentang yang begituan. Temenku susah naklukin calon mertuanya sedangkan aku? Bahkan kalo aku boleh bilang bakal calon mertuaku menjodohkan aku dengan anaknya. Mereka yang ngebet, mereka yang menginginkanku. 

Jah! Sok aku mah! 

Gak gitu juga sih cerita sebenarnya.
Tapi bukankah kalau dilebihkan semua akan menjadi makin mantaf? XD

Intinya yang ingin aku bilang itu ya, "Kalau aku ikut rencana mereka (orang tua), harga diriku yang selangit ini mau dikemanain? Mengejar seseorang yang bahkan aku tidak tahu apa pantas atau tidak dikejar olehku." 
Ini terdengar seperti aku menganggap harga diriku tinggiii sekali. Cuma hanya satu, aku meninggikannya karena aku jenuh disakiti. Jadi sekarang aku malah sangat hati-hati. 

Mungkin bukan saatnya bagiku. Aku juga gak lagi ngebet-ngebet banget punya pacar. Cita-citaku cuma satu nih sekarang, apapun jalan yang kutempuh tujuannya hanya satu, Kebahagiaan.



NB: ini curhat beneran nih namanya =="

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tahu kamu memahami apa yang kamu ingin sampaikan dengan kata-kata. Aku tahu kamu orang baik dan tidak akan bersikap konyol dan kekanakan dengan berkomentar yang tidak sepantasnya. Aku percaya padamu, komentator.