Sabtu, 16 Agustus 2014

Tidak Ada Jalan Untuk Kembali

Nahhh, jadi gini nih. Ada seorang cowok yang 'ceritanya' suka sama aku. AKu dan dia memang tinggal di lingkungan yang sama. Tapi sekalipun aku dan dia belum pernah bertegur sama, bicara gitu. AKu tau dia, dia tau aku. itu aja. And this namja...terus saja -menggunakan kata yang ia pakai- 'memperjuangkan' harapannya kepadaku. Oh please jangan suruh aku menulis kata cinta. I know...mungkin saja itu benar cinta, bukan obsesi seperti tebakanku. Tapi aku tidak mau memberinya hati dengan cara mengamini segala sesuatu berbau hati kepadanya.

Memberinya peluang dengan cara membalas/membaca bbm yang dia kirimkan sama saja dengan memberinya hati. Kata temanku. Memberinya hati dengan alasan kesopanan, tali pertemanan ataupun apapun ya sama saja dengan memberikannya harapan. Eisss, jadi baiklah. AKu akan benar-benar berhenti peduli sebagai jawaban tidak and dont disturb me please gituh.

Nahhh, karena uda menggerundel banget uneg-unegku jadi kubuatkan dia sebuah postingan note di facebook. Entah dia bakalan baca atau tidak. Ngerti atau tidak. AKu tidak peduli. Soalnya kalau berkonfrontasi sama orangnya langsung berasa ngomong sama orang dari planet lain. AKu bilang apa, dia tanggepin apa. AKu jawab apa, dia kira apa. Aku nulis status buat siapa, dia kira buat dia. Poorly me..

SOOOOO, Check this outtt!!

For what? Yahhh, for dibaca-baca aja gituh..

:P
_______~~~~~_______


Marah? Tidak. Aku sama sekali tidak marah. Tapi kadang aku merasa sedikit kesal memang. Itu karena kau tidak juga berhenti disaat aku sudah menutup pintuku sendiri.

Aku berhenti peduli. Dan tidak mau peduli. Itu semata-mata karena aku tidak ingin memberikan harapan palsu. Itu cara lain untuk mengatakan, "Sudah...berhentilah melakukan hal yang sia-sia!".
Aku sudah bersikap cukup baik loh dengan cara tidak mempermainkanmu.

Sudah kuputuskan menutup pintu. Kau tidak perlu tau alasannya. Idealismeku yang berbicara.

Kuberi bocoran sedikit. Ada point terpenting antara dirimu dan diriku yang tidak sepaham. Setidaknya itu point penting yg membuatku langsung menutup pintu. Tidak. Itu tidak bisa diperbaiki. Di usia segini karakter bisa berubah? Come on, realistis sajalah!

Kalau itu tentang idealisme dan cara berfikir...aku tidak suka dengan yang terlalu jauh berbeda, tidak sadar dibagian mana perbedaannya dan keukeuh merasa tidak berbeda. Yoo, that's all. Inilah masalah utamanya. Sisanya yang lain cuma tambahan-tambahan kecil yang masih bisa dimaklumi.

Lalu jika kau dan aku berbeda, siapa yang benar?
Tidak ada.
Semua itu tentang hidupmu, caramu hidup, caramu berpikir. Dan begitu pula sebaliknya terhadap diriku. Itu tentang hidupku, cara hidup yang kupilih dan caraku berpikir selama hidup.

Hubunganku dengan Tuhan adalah areal pribadi yang hanya aku dan Tuhan yang berhak menjangkaunya.
Bahkan Tuhan tak pernah menyuruhku seperti itu. Tidak pernah mencampuri caraku. Tuhan tau, dengan cara menjalankan swadharmaku, aku sudah menunjukkan baktiku padaNya.
Beliau begitu pengertian. that's why I love God.

Ya itu salah satu contoh caraku berfikir.

Beberapa pria perlu tau hal ini...ketika mereka mengatakan pada dunia semacam kalimat seperti, "Dia tidak melihatku, tidak memilihku. Tak apa. Itu karena aku memang terlalu sederhana untuknya." atau kalau perlu ditambahkan kalimat..."Mereka bahkan berhak mendapatkan yang lebih baik dariku." kalau memang mau lebih didramatisir. Mungkin bagi mereka itu adalah pernyataan tentang ke'legowo'an mereka. Aku maklum. Aku mengerti.

Jika diminta berfikir netral, aku bisa memahami maksud baik dibalik kalimat itu. Bisa kumaklumi. Terima kasih. Tapi sayang sekali terkadang pemikiranku punya idenya sendiri. Man... Bisakah kalian tidak perlu menebak-nebak sendiri apa yang menjadi alasan seseorang menolak kalian seperti itu? Jika tebakan kalian salah, kalian tau apa konsekuensinya? Kalau salah, nilai kalian dimata seseorang itu malah akan semakin jatuh.
Well, secara pribadi jika dihadapkan dengan kalimat seperti itu, aku hanya bisa berteriak dalam hati, "TAU APA KAU TENTANG PILIHANKU?"
Memangnya kau tau track record percintaanku sebelumnya seperti apa? Pria-pria seperti apa yang bisa membuatku respect, hormat dan bahkan jatuh cinta setengah mati terhadapnya? Memangnya kamu tau? Aku yakin jawabannya tidak. Nah sekarang aku balik tanya, "Dengan pengetahuanmu yang sedikit itu tentang diriku, bagaimana bisa kau menilaiku seperti itu? Beraninya kau menilaiku begitu rendah."
Ha ha ha *tertawa miris*
Sederhana. Dengan kata lain kau bilang aku tidak mau memilihmu karena aku mau yang lebih 'wah' (tampan dan kaya maybe) daripada dirimu yang sederhana itu. Bahwa aku tidak bisa menerima kesederhanaanmu. Bahwa aku hanya akan memilih yang tidak sederhana seperti dirimu?
Oke, well, aku tau maksudmu 'mungkin' tidak seperti itu. 'mungkin' kau tidak ada niatan sama sekali untuk merendahkan mereka seperti itu. 'mungkin' tidak pernah terpikirkan sama sekali bahwa satu kalimat itu bisa diterjemahkan menjadi sangat berbeda dari yang kau harapkan.
Mungkin ya....
Man... Jadi berhati-hatilah memilih kata-kata sebelum menelurkannya ke khalayak ramai. Jangan lupa perempuan berasal dari planet yang berbeda denganmu. 

Tidak. Aku tidak menyalahkan siapapun. Rasa suka, rasa cinta...semua perasaan itu suci luhur tidak berdosa. Aku menghargainya. Sungguh. Terima kasih.

Tapi kuharap hargai juga pilihanku.

Kutegaskan sekali lagi. Jangan berkhayal terlalu jauh. Aku sudah menutup pintu. There's no way back ya. No way back.

_______________~~~~~~~~~~_______________

Akan lebih menyakitkan jika aku terus-terusan saja menanggapinya kan, padahal jelas-jelas aku tidak akan memberikan kesempatan untuknya. Dia itu sudah terlanjur membuatku unrespek. Tak perlulah kujelaskan kenapa. Dia sudah pernah mengomentari dan bahkan ikut campur area yang sangat pribadi buatku. Oh, well, apapun penyebabnya, hasil akhir sudah jelas. AKu tidak bisa menerimanya lebih dari seorang teman.

Kalau yang dia harapkan hanya sebatas berteman, aku masih bisa mengabaikan perbedaan prinsipil antara aku dan dia. Tapi ini lain. Dengan dalih pertemanan, ia seakan bermimpi bahwa hubungan kami sebenarnya lebih dari sekadar itu. Dia terus bermimpi dan menyakiti dirinya sendiri.

Ah sudahlah, cukup. Inilah kenapa aku bilang ia terlalu berlebihan.

Tidak. AKu tidak mengada-ada.

Dari apa yang ia tulis di status bbm dan FB, dari apa yang ia kirimkan ke aku bahkan ke adikku, aku sudah bisa menyimpulkan bahwa ia mengharapkan sesuatu yang lebih, berkhayal terlalu berlebihan dan berpikir terlalu berlebihan. Bahkan kadang aku sempat berpikir jahat tentangnya. Kalau dia wanita aku maklum ia bisa bertingkah seperti itu. Oh 

Man...sayangnya dia laki-laki.

Oke, sebagai seorang laki-laki mungkin dia terlalu peka dan berperasaan.

Tapi itu jelas sekali disturb me.

Ahh, kau tidak bisa membayangkan seberapa penuh layar bbm-ku saat membuka apa-apa yang sudah iia kirimkan.

Ahh sudahlah. AKu hanya sudah lelah diam. Tapi jika setelah ini dia masih saja tidak mengerti, ya itu bukan urusanku. Setidaknya aku sudah berusaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku tahu kamu memahami apa yang kamu ingin sampaikan dengan kata-kata. Aku tahu kamu orang baik dan tidak akan bersikap konyol dan kekanakan dengan berkomentar yang tidak sepantasnya. Aku percaya padamu, komentator.